Ada Apa dengan Bulan Muharram?
Ada Apa dengan Bulan Muharram?

Allah sudah menetapkan sebelum diciptakannya langit dan bumi bahwasannya bulan itu ada 12 dan menegaskan agar janganlah kita menzalimi diri sendiri terutama di bulan-bulan haram. Allah berfirman,

 

ﵟإِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرٗا فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٞۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ ﵞ

“Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram (yang dimuliakan). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan-bulan) itu.” (QS At-Taubah: 36).

 

Salah satu dari bulan haram adalah Bulan Muharram. Rasulullah bersabda,

 

إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ: ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ :ذُو ٱلْقَعْدَةِ، وَذُو ٱلْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ،

Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan yang haram: tiga berturut-turut yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram...” (HR Bukhari, no. 4642).

 

Lalu, ada apa dengan bulan Muharram?

1.      Bulan Muharram bulan dimana kaum Muslimin dilarang untuk berperang

Islam memiliki kalender atau penanggalan sendiri, yaitu tahun Hijriyah. Tahun Hijriyah dimulai dengan bulan Muharram dan diakhiri dengan bulan Dzulhijjah. Pada dua bulan tersebut kaum Muslimin dilarang untuk berperang. Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama kedamaian, mengawali tahun dan mengakhirinya dengan perdamaian.

 

2.      Kebaikan dan keburukan di bulan Muharram dilipatgandakan

Seseorang jika melakukan amal shalih pada bulan Muharram, maka pahalanya akan dilipatgandakan, begitupun sebaliknya, jika dia melakukan keburukan, maka dosanya akan dilipatgandakan. Dahulu para salafus shalih mengagungkan 10 hari awal pada bulan Muharram. Diriwayatkan oleh Ibnu Rajab dalam Latha’iful Ma’arif Hasan Al-Bashri berkata,

 

إِنَّ اللَّهَ افْتَتَحَ السَّنَةَ بِشَهْرٍ حَرَامٍ، وَخَتَمَهَا بِشَهْرٍ حَرَامٍ، فَلَيْسَ شَهْرٌ فِي السَّنَةِ بَعْدَ رَمَضَانَ أَعْظَمَ عِنْدَ اللَّهِ مِنَ الْمُحَرَّمِ.

Sesungguhnya Allah memulai tahun dengan bulan haram dan mengakhirinya dengan bulan haram, maka tidak ada bulan dalam setahun setelah Ramadhan yang lebih agung di sisi Allah daripada bulan Muharram.(Latha’iful Ma’arif, Ibnu Rajab, hlm. 87)

 

3.      Sebaik-baiknya puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram

Rasulullah bersabda,

 

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ ٱللَّهِ ٱلْمُحَرَّمُ،

“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa di bulan Allah yaitu Muharram.” (HR Muslim, no. 1163).

 

Sebagian ulama berpendapat bahwa sebaik-baiknya puasa satu bulan penuh itu di bulan Muharram, tetapi kita tahu bahwa Nabi tidak pernah puasa satu bulan penuh kecuali di bulan Ramadhan. Maka perbanyaklah puasa di bulan Muharram. Kapan puasanya? Bebas kapan saja, yang terpenting jangan sampai di bulan Muharram seseorang tidak berpuasa, kenapa? Karena keutamaan puasa di bulan Muharram yang besar dan keutamaan puasa itu tersendiri, sebagaimana sabda Nabi Muhammad ketika ditanya tentang amalan yang utama,

 

عَلَيْكَ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَا عِدْلَ لَهُ

Hendaklah engkau berpuasa, karena tidak ada yang sebanding dengannya (tidak ada tandingannya).(HR An-Nasai, no. 2222, dishahihkan oleh Syekh Al-Albani).

 

Bagaimana seseorang mengontrol syahwanya, menundukkan nafsunya dengan berpuasa. Bahkan Nabi bersabda tentang besarnya keutamaan puasa,

 

قَالَ اللَّهُ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ، إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Allah berfirman: Setiap amal anak Adam adalah untuknya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.” (HR Bukhari, no. 1915).

 

Kenapa demikian? Karena dia meninggalkan makan, minum, dan syahwatnya karena Allah . Maka hendaknya seseorang menyempatkan dirinya berpuasa di bulan Muharram, terutama pada tanggal 10 Muharram, karena berpuasa pada tanggal tersebut memiliki keutamaan yang besar. Rasulullah bersabda,

 

صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim, no. 1162).

 

4.      Tanggal 10 Muharram dijadikan oleh Syiah sebagai hari berduka atas wafatnya cucu Nabi , yaitu Husein radhiyallahu ‘anhu

Hal ini bertentangan dengan apa yang Nabi lakukan, dimana Nabi menjadikan hari tersebut untuk bersyukur, sedangkan syiah menyelisinya dengan menjadikannya sebagai hari untuk bersedih. Lantas, apakah kita tidak bersedih dengan wafatnya cucu Nabi ? Tentu kita bersedih. Siapa yang tidak sedih atas meninggalnya cucu Nabi , pemimpin pemuda-pemuda surga, seseorang yang dicintai Nabi , tetapi bukan berarti kita membuat ibadah baru. Karena ibadah yang telah ditetapkan pada tanggal tersebut adalah berpuasa. Ritual tersebut juga tidak sesuai syariat dan bertentangan dengan ajaran Nabi , yang melarang meratap dan menyakiti diri saat tertimpa musibah.

 

5.      Tanggal 10 Muharram sering disebut sebagai hari anak yatim

Tidak ada dalil shahih dalam Al-Qur’an maupun hadits yang secara khusus menyebutkan bahwa tanggal 10 Muharram adalah hari anak yatim. Maka, jika ingin menetapkan tanggal 10 Muharram sebagai hari anak yatim, harus memerlukan dalil yang mengkhususkannya. Akan tetapi Rasulullah pernah bersabda tentang keutamaan berbuat baik kepada anak yatim, beliau bersabda,

 

أَنَا ‌وَكَافِلُ ‌الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا": وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ: السَّبَّابَةِ والوُسْطَى ، وفرَّج بينهما شيئًا

“Aku dan orang yang menanggung anak yatim akan berada di surga seperti ini.”
Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu merenggangkan sedikit keduanya. (HR Bukhari, no. 6009).

 

Adapun hadits yang menjelaskan bahwa barangsiapa yang memperluas pemberian atau nafkah kepada keluarganya di hari Asyura, maka Allah akan memberinya keluasan rezeki selama setahun penuh, hadits tersebut dhaif (lemah). Tetapi sebagian ulama ada yang menshahihkannya kemudian mengamalkan hadits tersebut. Maka harapannya pada bulan Muharram, seseorang banyak melakukan kebaikan, seperti berbagi atau berinfak dan menjauhi keburukan, dan sejatinya berbagi tidak perlu menunggu hari Asyura atau 10 Muharram, tetapi bisa kapanpun.

 

Bulan Muharram adalah momentum istimewa yang seharusnya diisi dengan amal kebaikan, introspeksi diri, dan memperbanyak ibadah, terutama puasa dan memperhatikan sesama. Meskipun tidak ada dalil khusus yang menetapkan 10 Muharram sebagai hari anak yatim, semangat untuk menyantuni dan menyayangi anak-anak yatim tetap sangat dianjurkan dalam Islam, kapan pun waktunya. Jangan sia-siakan kemuliaan bulan ini dengan kelalaian atau perbuatan sia-sia. Isilah hari-hari Muharram, terutama hari Asyura, dengan amal saleh, doa, dan rasa syukur kepada Allah . Semoga Allah menjadikan kita hamba yang mencintai kebaikan dan diberi keberkahan sepanjang tahun.



Tulisan ini disadur dari kajian berjudul Ada Apa Dengan Bulan Muharram yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. (dosen di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i / STDIIS, Jember).