Bersabar Tanpa Batas dan Tahan Uji
Bersabar Tanpa Batas dan Tahan Uji

Segala sesuatu yang berharga dan indah di muka bumi ini tidaklah didapat dengan mudah. Lalu bagaimana dengan surga Allah yang keindahannya tak pernah terbayangkan, dan luasnya seluas langit dan bumi? Bagaimana dengan surga Firdaus? Rasulullah bersabda,

 

مَوْضِعُ سَوْطٍ فِي الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

“Tempat cemeti salah seorang dari kalian di surga itu lebih baik daripada dunia seisinya.” (HR Al-Bukhari, no. 3257)

 

Untuk meraih surga, kesabaran adalah kunci. Kita harus berjuang untuk bisa sampai ke sana. Dunia inilah medan perjuangan itu. Sebagaimana seseorang yang ingin menjadi dokter harus melewati segala tantangan di fakultas kedokteran. Ia tidak akan menjadi dokter jika belajar di tempat lain. Begitu pula dengan surga. Allah telah menjadikan dunia sebagai negeri bala’, tempat ujian bagi hamba-Nya.

Dalam Surah Al-Baqarah ayat 214, Allah menegur para sahabat Nabi . Padahal sejatinya, kesabaran mereka telah diuji, tetapi masih belum mencapai batas yang maksimal. Ini menunjukkan bahwa proses menuju surga harus melewati cobaan dan ujian. Lalu, apa bentuk ujian itu? Allah telah mengabarkan pada kita,

 

ﵟأَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٞﵞ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS Al-Baqarah: 214)

 

Mereka diuji dengan berbagai macam ujian yang menggoncangkan hati. Namun saat ini, sebagian orang tidak peduli kepada Sang Pencipta. Ujian yang datang menimpa, pandemi yang melanda, tidak membuat mereka semakin dekat kepada-Nya. Adapun para Nabi dan Rasul, dan orang-orang beriman yang mengikuti mereka ketika ujian dan cobaan datang, kemana mereka kembali? Mereka kembali kepada Allah .

Allah dengan tegas mengajarkan kita tentang pentingnya kesabaran. Kesabaran harus tampak dalam setiap ujian yang datang. Inilah yang membedakan siapa yang pantas menjadi orang sukses dan siapa yang sebenarnya hanya menjadi pecundang. Allah berfirman,

 

ﵟأَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَعۡلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ مِنكُمۡ وَيَعۡلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَﵞ

Apakah kalian mengira akan masuk surga begitu saja, padahal belum jelas bagi Allah siapa yang sungguh-sungguh diantara kalian dan siapa yang bersabar? (QS Ali Imran: 142)

 

Lalu, bagaimana agar terlihat siapa yang sabar dan siapa yang sungguh-sungguh berjuang? Tentu saja, dengan diberi ujian.

Berbicara tentang sabar, sejatinya ia adalah bagian dari akhlak yang memiliki hubungan sangat erat dengan iman. Bahkan, keduanya tidak dapat dipisahkan. Rasulullah bersabda,

 

‌أَكْمَلُ ‌الْمُؤْمِنِينَ ‌إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. (HR Abu Daud, no. 4682, dishahihkan oleh Syekh Al-Albani)

 

Para ulama ketika menjelaskan pokok-pokok karakter mulia, mereka menyebutkan setidaknya ada empat sifat utama:

  1. Sabar
  2. Berani
  3. Menjaga kehormatan diri (iffah)
  4. Adil

Sabar juga berarti melaksanakan perintah Allah , dan sabar juga diperlukan untuk meninggalkan apa yang diharamkan. Saat musibah datang, kita perlu sabar dalam menghadapinya. Bahkan ketika seseorang diberi nikmat, dia juga diuji dengan sabar. Sabar dalam menahan diri untuk tidak menggunakan nikmat itu dalam kemaksiatan. Dia tetap bersyukur dan berterima kasih kepada Allah atas nikmat yang diberikan.  Jika seseorang ingin sukses maka harus bersabar. Allah berfirman,

 

ﵟيَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱصۡبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَﵞ

“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga di perbatasan (negerimu), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS Ali-Imran: 200)

 

Terkadang kita mampu bersabar saat menghadapi musibah, tapi justru goyah ketika harus bersabar menghadapi manusia. Padahal kesabaran itu perlu dikuatkan dalam segala sisi. Sering kali, ujian kita justru datang dari orang-orang terdekat, dari teman sejawat, atasan, bawahan, pasangan hidup, dan bahkan keluarga sendiri. Kalau ingin sukses, baik di dunia maupun di akhirat, semua butuh kesabaran.

Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang sabar tanpa perhitungan, karena sabar itu memang tidak ada batasnya. Allah berfirman,

 

ﵟقُلۡ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ فِي هَٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٞۗ وَأَرۡضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖﵞ

“Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu.’ Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS Az-Zumar: 10)

 

Jika ada yang bertanya, “Sampai kapan aku harus bersabar?” Jawabannya: Sampai kesabaran itu terlihat nyata. Sampai dirimu benar-benar menunjukkan bahwa kamu layak menyandang gelar sebagai hamba yang sabar. Jika melihat kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam, berapa lama beliau bersabar? Beliau berdakwah selama 950 tahun, menghadapi kaumnya yang membangkang dan terus-menerus menolak kebenaran. Selama itu, beliau tidak menyerah, tetap mengajak kepada tauhid dengan penuh kesabaran. Namun, setelah 950 tahun berdakwah, yang beriman hanya sekitar 80 orang. Allah berfirman,

 

ﵟوَمَآ ءَامَنَ مَعَهُۥٓ إِلَّا قَلِيلٞﵞ 

"Dan tidak ada yang beriman bersamanya (Nuh) kecuali sedikit." (QS Hud: 40).

 

Sabar itu tidak datang begitu saja. Sabar harus diusahakan. Rasulullah bersabda,

 

‌وَمَنْ ‌يتصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ

“Barang siapa yang berusaha untuk bersabar, maka Allah akan menjadikannya sabar. Dan tidak ada pemberian yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.” (HR Al-Bukhari, no. 1481)

 

Seseorang diberi cobaan sesuai dengan kadar agamanya. Maka, ketika ia diuji, bersabarlah, karena bisa jadi ujian itu datang sebagai penghapus dosa, dan bisa juga sebagai cara Allah untuk mengangkat derajatnya.

Perbedaan ujian itu tergantung pada siapa yang menerimanya. Bagi orang yang shalih, ujian adalah sarana untuk mengangkat derajat. Bagi orang yang zalim atau berdosa, ujian bisa menjadi azab. Namun, jika ia bertobat, maka ujian itu bisa menjadi penghapus dosa. Kemudian, setelah dosanya diampuni, Allah akan mengangkat derajatnya.

Terkadang, seseorang merasa lelah dalam menjalani kehidupan. Ia membutuhkan teladan. Salah satu hal yang membuat kita mampu bersabar tanpa batas adalah ketika kita melihat contoh nyata di hadapan kita. Maka Allah beri teladan kepada Nabi Muhammad , yaitu kesabaran para ulul azmi dalam menghadapi ujian.  Allah  berfirman,

 

ﵟفَٱصۡبِرۡ كَمَا صَبَرَ أُوْلُواْ ٱلۡعَزۡمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ وَلَا تَسۡتَعۡجِل لَّهُمۡۚ كَأَنَّهُمۡ يَوۡمَ يَرَوۡنَ مَا يُوعَدُونَ لَمۡ يَلۡبَثُوٓاْ إِلَّا سَاعَةٗ مِّن نَّهَارِۭۚ بَلَٰغٞۚ فَهَلۡ يُهۡلَكُ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡفَٰسِقُونَﵞ

Maka, bersabarlah engkau (Muhammad) sebagaimana ulul azmi (orang-orang yang memiliki keteguhan hati) dari kalangan para rasul telah bersabar dan janganlah meminta agar azab disegerakan untuk mereka. Pada hari ketika melihat azab yang dijanjikan, seolah-olah mereka hanya tinggal (di dunia) sesaat saja pada siang hari. (Nasihatmu itu) merupakan peringatan (dari Allah). Maka, tidak ada yang dibinasakan kecuali kaum yang fasik.” (Al-Ahqaf: 35)

 

Allah menguji kita dengan kebaikan dan keburukan, apabila kita bersabar, maka akan dibalas tanpa perhitungan, dan yakinlah bahwa akan ada jalan keluar, kemudian minta pertolongan kepada Allah . Maka, dengan itu masalah kita akan selesai, dan kita akan hidup penuh dengan kedamaian dan ketenteraman, walaupun sedang menghadapi masalah.


Tulisan ini disadur dari kajian berjudul “Bersabar (Tanpa Batas) & Tahan Uji” yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. (dosen di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i / STDIIS, Jember).