Menjaga Iman Hingga Nafas Terakhir
Menjaga Iman Hingga Nafas Terakhir

Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada penutupnya. Allah berpesan dalam Al-Qur'an,

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim."

(QS Ali ‘Imran: 102)

 

Husnul khatimah adalah dambaan setiap Muslim. Namun, tidak ada yang tahu bagaimana akhir hidupnya. Ada orang yang terlihat taat, tetapi akhirnya meninggal dalam keadaan buruk. Ada pula yang dahulu jauh dari agama, namun Allah berikan taufik hingga wafat dalam keadaan baik. Oleh karena itu, kita harus memahami langkah-langkah menuju husnul khatimah. Rasulullah pernah bersabda,

 

وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
"Dan sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada akhirnya."

(HR Bukhari No. 6615)

 

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, ada seorang laki-laki yang ikut serta dalam peperangan bersama Rasulullah . Ia berperang dengan sangat gagah berani, menyerang musuh dengan semangat membara, dan tidak membiarkan satu pun musuh terlewat darinya. Melihat keberaniannya, para sahabat pun berkata, "Tidak ada yang lebih berhak mendapatkan pahala daripada orang ini." Namun, Rasulullah bersabda,

 

إِنَّهُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ
"Sesungguhnya dia termasuk penghuni neraka."

(HR Bukhari no. 3062)

 

Para sahabat heran dan bertanya-tanya, bagaimana bisa seseorang yang begitu gagah berani di medan perang justru menjadi penghuni neraka? Salah satu sahabat memutuskan untuk mengawasi orang tersebut. Ia mengikutinya hingga akhirnya orang itu terluka parah dalam pertempuran. Tidak tahan dengan rasa sakit, ia mengambil pedangnya, meletakkannya di dadanya, lalu menekan tubuhnya hingga akhirnya ia mati bunuh diri.

Sahabat yang mengawasinya segera melaporkan kejadian ini kepada Rasulullah . Maka Nabi bersabda,

 

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ وَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ

"Sesungguhnya ada seseorang yang mengamalkan amalan ahli surga menurut pandangan manusia, namun sebenarnya dia termasuk penghuni neraka. Dan ada seseorang yang mengamalkan amalan ahli neraka menurut pandangan manusia, namun sebenarnya dia termasuk penghuni surga."

(HR Bukhari No. 2915, Muslim No. 112)

 

Hadis ini memberikan pelajaran bahwa penampilan luar seseorang tidak selalu mencerminkan akhir kehidupannya. Ada yang tampak shalih di mata manusia, tetapi hatinya penuh riya’ dan kesombongan. Sebaliknya, ada yang pernah bergelimang dosa, tetapi Allah anugerahkan taufik untuk bertaubat sebelum ajal menjemputnya. Dalam riwayat lain, Rasulullah juga bersabda,

 

إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى لَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى لَا يَكُونَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا

"Sesungguhnya seseorang di antara kalian ada yang mengamalkan amalan penghuni surga hingga jarak antara dia dan surga hanya tinggal sehasta, namun takdir mendahuluinya, lalu dia mengamalkan amalan penghuni neraka hingga akhirnya ia masuk neraka. Dan sesungguhnya seseorang di antara kalian ada yang mengamalkan amalan penghuni neraka hingga jarak antara dia dan neraka hanya tinggal sehasta, namun takdir mendahuluinya, lalu dia mengamalkan amalan penghuni surga hingga akhirnya ia masuk surga."

(HR Muslim No. 2643)

 

Kita tidak boleh merasa aman dengan amal shalih yang telah kita lakukan. Kita harus senantiasa menjaga keikhlasan, istiqamah dalam ketaatan, serta selalu memohon kepada Allah agar diberikan akhir kehidupan yang baik.

 

 

Berikut beberapa langkah yang dapat ditempuh seorang Muslim untuk meraih husnul khatimah:

               1. Jujur kepada Allah

Jujur kepada Allah adalah fondasi dari keimanan yang sejati. Seorang Muslim hendaknya tidak beribadah hanya ketika dilihat manusia, tetapi juga dalam kesendirian. Nabi Muhammad bersabda,

 

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya."

(HR Bukhari No. 1)

 

Jujur kepada Allah berarti memiliki hubungan yang tulus dengan-Nya. Seorang hamba yang jujur akan tetap beribadah, baik dalam keadaan ramai maupun sepi. Allah berfirman,

 

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
"Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus ..."

(QS Al-Bayyinah: 5)

 

Keikhlasan akan membawa seseorang kepada husnul khatimah. Salah satu tanda keikhlasan adalah memiliki ibadah yang tersembunyi dari manusia. Dalam hadis lain disebutkan,

 

يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ ... وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
"Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat, salah satunya adalah seseorang yang mengingat Allah dalam kesendirian hingga air matanya menetes."

(HR Bukhari No. 667, Muslim No. 1031)

 

Jujur kepada Allah juga berarti tidak menjadikan ibadah sebagai alat untuk mencari pujian. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi, Allah berfirman,

 

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِيَ غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

"Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barang siapa beramal dan ia mempersekutukan Aku dengan yang lain, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya."

(HR Muslim No. 2985)

 

Seorang muslim harus senantiasa introspeksi diri dan bertanya, “Apakah ibadah yang dilakukan semata-mata karena Allah?” Semakin jujur seseorang dalam beribadah, semakin besar peluangnya untuk mendapatkan husnul khatimah.

 

2. Menjaga Amalan Tersembunyi

Rasulullah menganjurkan kita untuk memiliki amalan tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah. Sebagaimana hadis,

 

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ

"Seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya."

(HR Bukhari No. 1433, Muslim No. 1031)

 

Dikisahkan dalam kitab Siyar A'lam al-Nubala’ karya Imam Adz-Dzahabi, bahwa setelah wafatnya Ali Zainal Abidin, penduduk Madinah kehilangan bantuan yang setiap malam mereka terima. Mereka baru mengetahui bahwa orang yang selama ini membagikan makanan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi adalah Ali Zainal Abidin. Salah seorang keluarganya berkata, "Kami tidak pernah mengetahui bahwa Ali Zainal Abidin yang membagikan makanan setiap malam, hingga ketika beliau wafat, kami menemukan bekas-bekas hitam di punggungnya karena sering membawa karung berisi makanan untuk kaum fakir miskin di Madinah."

Menjaga amalan tersembunyi menjadi bukti keikhlasan seseorang dalam beribadah kepada Allah. Orang yang benar-benar ikhlas tidak akan memperlihatkan amalannya hanya untuk mendapatkan pujian manusia, melainkan semata-mata mencari ridha Allah.

 

3. Menjaga Kewajiban dengan Konsisten

Allah berfirman,

 

حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ

"Peliharalah semua salat(mu), dan (jagalah) salat wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyuk."

(QS Al-Baqarah: 238)

 

Sebagian orang berkata, “Kadang saya beribadah, kadang saya berbuat dosa.” Bagaimana jika ajal datang saat kita sedang bermaksiat? Rasulullah bersabda,

 

يبعث كل عبد على ‌ما ‌مات ‌عليه

"Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaan ketika ia meninggal dunia."

(HR Muslim No. 2878)

 

Menjaga kewajiban adalah kunci utama dalam perjalanan menuju husnul khatimah. Seseorang yang terbiasa mendirikan salat, membaca Al-Qur’an, dan menjauhi maksiat, insyaAllah akan diwafatkan dalam keadaan baik.

 

4. Jangan Menunda Amal Saleh

Sering kali kita menunda-nunda amal saleh. Padahal Nabi Muhammad bersabda,

 

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ

"Bersegeralah melakukan amal saleh sebelum datang fitnah seperti potongan malam yang gelap gulita."

(HR Muslim No. 118)


 

Allah berfirman,

 

وَأَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ

"Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata, ‘Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematianku) sedikit waktu lagi, maka aku akan bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.’"

(QS Al-Munafiqun: 10)

 

Menunda kebaikan bisa membuat kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pahala dan ridha Allah. Setiap kesempatan untuk berbuat baik harus segera diambil tanpa ditunda-tunda. Orang yang selalu menunda-nunda kebaikan akan merugi ketika ajal menjemputnya dan tidak ada lagi waktu untuk kembali.

 

5. Memperbanyak Doa Meminta Husnul Khatimah

Berapa kali dalam sehari kita berdoa meminta husnul khatimah? Nabi Yusuf `alaihissalam berdoa,

 

تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
"Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang saleh." (QS Yusuf: 101)

 

Rasulullah sering berdoa,

 

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“ Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

(HR Tirmidzi No. 2140, Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

 

Jika para sahabat yang melihat langsung wahyu saja masih dikhawatirkan oleh Nabi , bagaimana dengan kita? Oleh karena itu, marilah kita memperbanyak doa agar diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah.

Selain doa, kita juga dianjurkan untuk sering membaca Al-Qur'an, mengingat kematian, dan memperbanyak istighfar. Semua ini akan membantu kita untuk tetap istikamah dalam beribadah hingga ajal menjemput, karena …

 

husnul khatimah tidak datang dengan sendirinya. Kita perlu berusaha dengan menjaga keikhlasan, konsistensi dalam ibadah, tidak menunda-nunda kebaikan, serta memperbanyak doa.

  


Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk selalu istiqamah hingga akhir hayat.



Sumber tulisan diambil dari khutbah Jumat, "Mati dengan khusnul khotimah - Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A."