Modal Utama Manusia yang Sering Disia-siakan
Modal Utama Manusia yang Sering Disia-siakan

             Di dalam Al-Qur’an, Allah banyak bersumpah menggunakan waktu. Contohnya, yang terdapat pada permulaan surah Adh-Dhuha, Al-Fajr, dan Al-‘Asr, Allah bersumpah dengan waktu dhuha, waktu fajar, dan waktu ashar. Perlu diketahui bahwa Allah tidak akan bersumpah dengan sesuatu kecuali yang memiliki nilai dan sesuatu yang perlu menjadi perhatian bagi manusia. Allah bersumpah dengan menggunakan potongan-potongan waktu yang seringkali justru dilalaikan oleh kebanyakan manusia. Allah  berfirman,

 

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS Ali-Imran: 190)

 

Orang yang berakal sehat adalah orang yang senantiasa mengingat Allah dalam setiap kondisi, baik ketika sedang berdiri, duduk, atau berbaring.

 

“Orang yang cerdas adalah orang yang menyadari bahwa waktunya di dunia sangatlah singkat.”

 

Orang cerdas meyakini bahwa dalam kehidupan ini tidak ada yang sia-sia dan Allah menciptakan segala sesuatunya dengan tujuan. Orang yang cerdas adalah orang yang tahu untuk apa tujuan ia diciptakan. Allah menyebutkan kriteria orang yang cerdas tersebut pada firman-Nya,

 

ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali-Imran: 191)

 

Dalam mencapai kesuksesan, seseorang membutuhkan modal untuk memulai. Dan modal utama manusia dalam hidup ini yang sebenarnya bukanlah harta, melainkan waktu. Sayangnya, banyak yang kehilangan modal itu dengan sia-sia. Manusia terlalu disibukkan dengan pekerjannya, padahal Allah senantiasa memanggilnya di lima waktu. Ada amalan-amalan yang berkaitan dengan waktu, seperti halnya shalat. Seorang muslim memulai dan mengakhiri waktunya dengan mengingat Allah

            Rasulullah mengatakan, shalat yang paling berat dilakukan oleh orang munafik adalah shalat isya’ dan shalat fajar (shubuh). Ciri-ciri orang munafik adalah mereka tetap mengerjakan shalat tetapi dengan malas-malasan dan riya’ dan ketika shalat pun tidak mengingat Allah sedikitpun. Allah berfirman-Nya,

 

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تُلۡهِكُمۡ اَمۡوَالُكُمۡ وَلَاۤ اَوۡلَادُكُمۡ عَنۡ ذِكۡرِ اللّٰهِ​ۚ وَمَنۡ يَّفۡعَلۡ ذٰلِكَ فَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡخٰسِرُوۡنَ‏ ٩ وَاَنۡفِقُوۡا مِنۡ مَّا رَزَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِىَ اَحَدَكُمُ الۡمَوۡتُ فَيَقُوۡلَ رَبِّ لَوۡلَاۤ اَخَّرۡتَنِىۡۤ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيۡبٍۙ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنۡ مِّنَ الصّٰلِحِيۡنَ‏ ١٠ وَلَنۡ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفۡسًا اِذَا جَآءَ اَجَلُهَا​ؕ وَاللّٰهُ خَبِيۡرٌۢ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ ١١

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), ‘Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh.’ Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Munafiqun: 9-11)

 

Begitu besar kasih sayang Allah kepada orang-orang yang beriman, hingga Allah memanggilnya sebanyak 89 kali dalam kitab suci-Nya. Pada ayat di atas, Allah memperingatkan agar harta dan keturunan jangan sampai melalaikannya dari mengingat Allah.

Manusia berpikir bahwa rezeki yang ia dapatkan adalah hasil kerja kerasnya, padahal itu adalah pemberian dari Allah .  Allah tidak melarang kita untuk bekerja, bahkan itu merupakan perintah-Nya untuk pergi mencari rezeki dan mengejar karunia Allah . Namun dengan syarat tetap mengingat Allah sebanyak-banyaknya. Sebab orang-orang yang terlena dengan dunia adalah orang yang merugi di dunia dan akhirat.

            Orang mukmin adalah orang yang percaya dengan adanya hari kebangkitan. Kelak manusia akan menghadapi persidangan di hari akhir atas apa yang dilakukannya selama masa hidupnya. Beriman kepada hari akhir merupakan salah satu rukun iman yang harus diyakini dan keyakinan ini akan menjadi penggerak bagi seseorang untuk beramal. Ibarat seseorang yang pergi dari rumahnya di pagi hari dan meninggalkan keluarganya, bahkan ada profesi tertentu yang mengharuskan untuk pergi hingga berbulan-bulan. Namun orang tersebut tetap semangat untuk bekerja sebab ada balasan yang diinginkannya. Dan balasan tersebut tidak lain adalah uang.

            Sama halnya dengan amalan yang kita lakukan. Allah pasti akan memberikan balasan atas semua yang kita kerjakan. Dan pada hari perhitungan itu, sebelum Allah memberikan ganjaran-Nya, kita harus membuktikan diri terlebih dahulu. Rasulullah dalam hadits Muadz bin Jabal radhiyallahu’anhu, beliau bersabda,

 

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanya (dimintai pertanggung jawaban) tentang empat hal : (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan di mana ia infakkan dan (4) mengenai tubuhnya di manakah usangnya..” (HR Tirmidzi)

           

Ada sebuah pepatah arab yang berbunyi,

من شب على شيء شاب عليه

“Barangsiapa yang membiasakan sesuatu (di waktu mudanya), maka ia akan terbiasa melakukannya (di masa tuanya).”

 

Dari ungkapan tersebut kita dapat mengambil hikmah bahwa jika kita  memulai waktu dengan sesuatu yang sia-sia, maka sampai masa tua pun akan sia-sia waktu kita.

            Taatnya seseorang yang masih muda dengan yang telah tua renta memiliki derajat yang berbeda di mata Allah . Salah satu di antara tujuh golongan yang Rasulullah sebutkan akan mendapatkan naungan dari Allah di padang mahsyar adalah,

 

وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ

            "Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah."

 

Nikmat Allah memiliki banyak sekali bentuk. Di antara nikmat-nikmat Allah yang paling utama, ada dua nikmat yang seringkali tidak disadari oleh manusia. Rasulullah bersabda,

 

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia itu tertipu. Yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR Bukhari)

 

Kelak, betapa banyak manusia akan menyesal di padang mahsyar sebab waktunya dihabiskan untuk sesuatu yang tidak berguna dengan terus-menerus menuruti hawa nafsunya. Para penghuni naraka saat itu akan memohon-mohon kepada Allah untuk dikeluarkan dari api neraka dan dikembalikan ke dunia untuk beramal sholeh, namun Allah berfirman,

 

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَٰلِحًا غَيْرَ ٱلَّذِى كُنَّا نَعْمَلُ ۚ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُم مَّا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَن تَذَكَّرَ وَجَآءَكُمُ ٱلنَّذِيرُ ۖ  فَذُوقُوا۟ فَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِن نَّصِيرٍ

“Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.” (QS Fatir: 37)

 

“Jangan sampai kenikmatan sehat dan waktu luang ini kita habiskan dengan sia-sia. Manfaatkan untuk ketaatan kepada Allah dengan senantiasa berdzikir dan mengingat Allah dalam setiap aktivitas yang kita lakukan.”

  



(Sumber tulisan diambil dari ceramah : Untuk Apa Kau Habiskan Umurmu - Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A., Kamis, 3 Jumadil Akhir 1443 H/6 Januari 2022)