"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah ﷻ dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kalian meninggal kecuali dalam kondisi Islam."
Ayat ini sering kita dengar. Ayat ini juga berulang kali dibacakan dan diingatkan kepada kita. Namun, pertanyaannya, setelah mendengar ayat ini, adakah yang semangatnya bertambah? Ataukah tetap seperti kemarin, tanpa perubahan?
Ingatlah awal-awal ketika kita mulai mengaji (belajar agama), saat meniti jalan menuju Allah ﷻ. Bagaimana semangat kita waktu itu? Semangat yang membara, hingga tiada sesuatu pun yang mendekati kita kecuali akan ikut terbakar dengan kobaran semangat itu.
Kita juga ingat saat memulai belajar kitab Al-Ushul Ats-Tsalatsah, sebuah karya yang mengajarkan tentang kewajiban mempelajari empat perkara:
- Ilmu, yaitu mengenal Allah ﷻ, mengenal Nabi Muhammad ﷺ, dan memahami agama Islam dengan dalil-dalil.
- Beramal dengan ilmu tersebut, mengamalkan apa yang telah kita pelajari.
- Dakwah, yaitu mengajak orang lain kepada kebaikan yang telah kita ketahui, termasuk orang tua, saudara, dan sahabat kita.
- Sabar terhadap gangguan dalam berdakwah, meskipun mungkin disakiti atau diabaikan oleh orang lain.
Namun, apa kabar semangat kita hari ini?
Kita dahulu begitu antusias menyampaikan apa yang kita pelajari kepada orang lain, bahkan berusaha agar keluarga dan sahabat kita tahu kebenaran. Namun, apakah semangat itu masih sama saat ini?
Sebagian dari kita mungkin merasa lelah, bahkan berhenti di tengah jalan, tidak lagi mendakwahkan ilmu yang telah dimiliki. Padahal kewajiban belajar itu tidak pernah selesai. Kita terus belajar sampai maut menjemput.
Mari renungkan kembali. Mana semangat kita yang dulu membara? Sudahkah semangat itu tetap terjaga atau perlahan mulai padam?
Bagaimana Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu anhu, meskipun pada waktu itu tidak banyak ayat yang beliau hafal dan tidak banyak hadis yang beliau kaji, tetapi beliau adalah salah satu yang pertama kali masuk Islam. Bahkan, beliau membawa lima orang masuk Islam. Abu Bakar menyampaikan agama ini dengan semangat yang luar biasa.
Kita juga mendengar kisah tentang bangsa jin dalam Surat Al-Jin. Dalam kisah tersebut, setelah mendengar ayat-ayat Allah ﷻ disampaikan oleh Rasulullah ﷺ, para jin tersebut pulang dan menyampaikan wahyu yang mereka dengar kepada kaum mereka. Sekali mendengar, mereka sudah menyampaikan apa yang mereka dengar, tanpa menunggu hafalan atau penguasaan seluruh Al-Qur'an. Semangat mereka begitu luar biasa.
Dulu, semangat kita juga seperti itu. Setelah hadir di majelis ilmu, kita mendengarkan dengan penuh perhatian dan menyampaikan apa yang kita dengar kepada orang lain. Namun, apa yang terjadi hari ini? Seberapa sering kita menyampaikan ilmu yang kita pelajari?
Saad bin Muadz radhiallahu anhu, ketika pertama kali bertemu dengan Mus'ab bin Umair, begitu bersemangat untuk belajar dan menyebarkan Islam. Tidak hanya menyimpan ilmunya, tetapi langsung menyampaikannya kepada kaumnya, sehingga satu kampung masuk Islam pada hari itu, kecuali hanya satu orang.
Handphone yang kita bawa setiap hari memberikan kesempatan besar untuk berdakwah. Dengan handphone itu, kita bisa menyampaikan kebaikan kepada keluarga di rumah maupun kepada orang lain di seluruh dunia. Namun sayangnya, semangat untuk berdakwah sering kali memudar.
Sudahkah kita, yang sudah hafal satu juz atau bahkan beberapa surah Al-Qur'an, menyampaikan ilmu kita kepada orang lain? Apa dalilnya?
وَٱلْعَصْرِ
Demi masa.
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Sabar adalah salah satu dari empat perkara yang perlu kita amalkan. Kita harus sabar dalam belajar, sabar dalam melaksanakan ketaatan, sabar dalam meninggalkan kemaksiatan, dan sabar terhadap takdir Allah ﷻ. Rasulullah ﷺ mengajarkan kesabaran ini dalam berbagai situasi.
فَصْبِرْ, فَصْبِرْ, فَصْبِرْ
Bersabarlah, bersabarlah, bersabarlah!
Namun, ada kesabaran yang lebih utama, yaitu sabar dalam berdakwah. Ketika kita berdakwah, sering kali kita dihadapkan dengan tantangan dan hambatan. Kita perlu sabar untuk melawan diri kita sendiri, untuk keluar dari zona nyaman kita dan berdakwah meskipun ada banyak godaan.
Salah satu hal yang membuat dakwah ini tidak tersebar luas di masyarakat adalah karena kurangnya orang-orang yang berilmu yang berdakwah. Kita yang sudah memiliki ilmu seharusnya tidak berdiam diri, tetapi menyebarkan ilmu itu kepada orang lain.
Ditulis oleh Unit Publikasi, dari sumber: Khutbah Jum'at - Sampaikanlah Walaupun Hanya Satu Ayat- Ustadz DR Syafiq Riza Basalamah MA, 5 Jumadil Akhir 1446 / 06 Desember 2024