Keimanan seorang mukmin diuji kesempurnaannya dengan kecintannya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama. Bahkan di antara seluruh manusia yang pernah berjasa, kecintaan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallama harus menjadi yang pertama dan utama.
Kerinduan Untuk Berjumpa dengan Beliau
Sebagaimana kerinduan terhadap suatu hal yang menjadikan perindunya mengangankan perjumpaan dengannya, maka lebih-lebih kecintaan kita kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama.
Dulu para sahabat Rasulullah, ketika mengingat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama maka mereka langsung sedih karena beratnya perpisahan antara mereka dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallama.
Mengagungkan Beliau Meskipun Sudah Wafat
Para salaf rahimahumullahu ketika mengadakan majelis pembacaan hadits, maka mereka begitu tenang seolah-olah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama tengah hadir bersama mereka. Pernah suatu ketika Imam Malik rahimahullahu diajak diskusi oleh Khalifah Abu Ja’far di masjid Nabawi, beliau mengatakan,
“Pelankan suaramu wahai Amirul Mukminin di masjid ini.”
Hal ini beliau tujukan sebagai bentuk pengagungan beliau terhadap Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama bahkan setelah beliau meninggal.
Menghormati Anak Keturunannya
Sebagaimana pernah dikatakan bahwa menyakiti keturunan beliau adalah bentuk menyakiti Nabi secara tidak langsung, maka menghormati dan mencintai keturunan beliau yang tegar di atas sunnah merupakan bentuk lain kecintaan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallama secara tidak langsung.
Disusun & Dipublikasikan Oleh Tim Ilmiah Elfadis
Kamis, 26 Rabiul Awwal 1442H / 12 November 2020
.Follow dan support akun kami :
🌏 Web | lorongfaradisa.or.id - http://www.syafiqrizabasalamah.net/
🖥 Youtube : https://www.youtube.com/LorongFaradisa
🌐 Telegram : https://t.me/lorongfaradisaofficial
📱 Instagram : Instagram.com/elfadis__
📘 Facebook : facebook.com/lorongfaradisa.
___
Share agar lebih bermanfaat