

Pernahkan terbesit dalam pikiran kita, kenapa Allah ﷻ tidak menjadikan semua
manusia bernasib sama, kedudukan dan ekonominya?
Dalam kehidupan dunia, kesenjangan sosial
adalah hal yang sangat mudah kita temukan di masyarakat. Ada yang kaya dengan
segala fasilitas mewahnya, ada pula yang kekurangan dengan segala
kesederhanaannya. Ada yang jadi atasan, ada yang jadi bawahan.
Sebagian dari kita mungkin pernah berpikir,
"Andai aku yang membagi rezeki, akan kubagi sama rata." Namun, Allah ﷻ
menjelaskan dalam Al-Qur’an,
ﵟوَرَفَعۡنَا
بَعۡضَهُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٖ دَرَجَٰتٖ لِّيَتَّخِذَ بَعۡضُهُم بَعۡضٗا سُخۡرِيّٗاۗ ﵞ
“Dan Kami tinggikan sebagian mereka atas sebagian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan yang lain
sebagai pekerja.” (QS
Az-Zukhruf: 32).
Tujuannya agar kehidupan berjalan seimbang.
Orang kaya butuh tukang bangunan, pejabat butuh rakyat. Kalau semua kaya, siapa
yang akan bekerja? Siapa yang akan melayani kebutuhan masyarakat?
Allah ﷻ Maha Bijaksana. Jika semua orang dilapangkan rezekinya, niscaya akan timbul kerusakan di
dunia. Sebagaimana firman-Nya,
ﵟوَلَوۡ بَسَطَ
ٱللَّهُ ٱلرِّزۡقَ لِعِبَادِهِۦ لَبَغَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ
بِقَدَرٖ مَّا يَشَآءُۚﵞ
“Dan sekiranya Allah melapangkan rezeki bagi
hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di muka bumi.
Tetapi Dia menurunkan (rezeki) menurut kadar yang Dia kehendaki.” (QS Asy-Syura: 27).
Namun, seringkali manusia tidak sabar. Ketika melihat orang lain kaya, mereka gelisah dan
ingin cepat mendapatkan hal serupa. Akhirnya, banyak manusia yang memilih `jalan
pintas` untuk menjadi kaya.
Dengan ambisi tersebut, akhirnya banyak dari
mereka yang terjebak dalam judi online dan pinjaman online. Padahal kenyataannya, dari 10 orang berjudi, mungkin hanya satu yang menang dan yang paling diuntungkan adalah bandarnya. Judi hanyalah lingkaran setan, menang sekali, lanjut lagi, dan akhirnya kalah dan terjerat utang. Nabi ﷺ bersabda,
إِنَّ رُوحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رُوعِي أَنَّ نَفْسًا لَنْ
تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ أَجَلَهَا، وَتَسْتَوْعِبَ رِزْقَهَا، فَأَجْمِلُوا
فِي الطَّلَبِ، وَلَا يَحْمِلَنَّ أَحَدَكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ
يَطْلُبَهُ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُنَالُ مَا عِنْدَهُ إِلَّا
بِطَاعَتِهِ.
“Sesungguhnya Ruhul Qudus (Jibril) telah membisikkan ke dalam
hatiku bahwa tidak ada satu jiwa pun yang akan mati sampai ia menyempurnakan
ajalnya dan menyempurnakan rezekinya. Maka carilah rezeki dengan cara yang baik
(halal dan terhormat), dan janganlah keterlambatan rezeki mendorong salah
seorang di antara kalian untuk mencarinya dengan cara maksiat. Karena sungguh,
apa yang ada di sisi Allah tidak akan bisa diraih kecuali dengan menaati-Nya” (Hilyatul Auliya, 10/27, dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albani).
Artinya, rezeki dan ajal itu sudah ditentukan
kadarnya. Tidak perlu tergesa-gesa, apalagi mencarinya dengan cara yang haram.
Allah tidak akan memberikan sesuatu yang baik dengan jalan maksiat. Rezeki yang
halal, walau sedikit, lebih berkah dan menenangkan jiwa. Nabi ﷺ juga bersabda,
لَيْسَ
الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kekayaan itu bukanlah dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan
yang sebenarnya adalah kaya hati (kaya jiwa).” (HR Bukhari, no. 6446).
Kaya yang sebenarnya adalah saat hati merasa
cukup. Merasa tenang
dengan apa yang Allah berikan. Dalam hadis
lain beliau ﷺ bersabda,
ارْضَ
بِمَا قَسَمَ اللَّهُ لَكَ تَكُنْ أَغْنَى النَّاسِ
“Ridhalah terhadap apa yang Allah bagikan
kepadamu, niscaya engkau akan menjadi orang yang paling kaya.” (HR Tirmidzi, no. 2305).
Ridha dan qana'ah akan membuat kita jauh lebih
bahagia daripada harta yang banyak tapi tak pernah merasa cukup.
Maka jangan sibuk membandingkan hidup dengan orang lain. Kurangi melihat hal-hal
yang merusak syukur, seperti terlalu sering membuka marketplace atau media
sosial yang banyak menampakkan kemewahan. Kunjungi orang miskin, ziarahi kubur,
dan ingat bahwa dunia ini hanya sementara. Minta kepada Allah, perbanyak
istighfar, dan bertawakal. Karena semua rezeki milik Allah.
Tulisan ini disadur dari Khutbah Jum’at berjudul “Judi Tidak Membuatmu Kaya” yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A. (dosen di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i / STDIIS, Jember).
Youtube Terbaru





Artikel Terbaru




 Selamanya.png
)