

Dalam kehidupan yang serba cepat ini, sering kali kita terbuai oleh rutinitas. Bangun pagi, bekerja, beraktivitas, bercanda, tertawa, dan akhirnya tidur dan kemudian bangun pagi lagi. Semua berjalan normal, bahkan terkadang terlalu biasa hingga membuat kita lupa: adakah jaminan bahwa semua ini akan terus seperti ini?
“Apakah hari esok akan selalu datang seperti hari ini?”
Kita lalai, seolah hidup ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan, padahal sejatinya tidak ada satu pun dari kita yang benar-benar tahu kapan ujian, musibah, atau bahkan azab itu datang. Allah ﷻ berfirman,
أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَن يَأْتِيَهُم بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ، أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَن يَأْتِيَهُم بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ.
"Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain?"
(QS Al-A’raf: 97-98)
Pernahkah kita bertanya: bagaimana jika semua ini hanyalah penangguhan sebelum datangnya balasan atas dosa-dosa kita? Pernahkah kita takut jika azab Allah turun karena dosa-dosa yang kita perbuat? Allah ﷻ berfirman,
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ ٱللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلْقَوْمُ ٱلْخَـٰسِرُونَ
"Maka apakah mereka merasa aman dari makar Allah (hukuman Allah yang datang secara tiba-tiba)? Tidak ada yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi."
(QS Al-A'raf: 99)
Kedua kaki ini, kedua tangan ini, mata yang kita gunakan setiap hari, semua adalah pemberian Allah. Tapi, bagaimana kita menggunakannya? Apakah untuk bermaksiat? Untuk mengikuti hawa nafsu? Waspadalah! Orang yang merasa aman dari makar Allah adalah termasuk golongan yang merugi.
Kita dapat melihat banyak negeri yang telah dihancurkan. Dalam berbagai kondisi, ada yang sedang minum khamr, ada yang sedang berzina, semuanya binasa. Sebagian mungkin berpikir, “Bukankah masih banyak orang saleh? Bukankah masjid-masjid masih dipenuhi orang-orang yang salat?” Apakah mungkin Allah ﷻ tetap akan membinasakan kita? Mungkin saja!
Kita tidak lebih mulia dari saudara-saudara kita di Lombok yang di tahun 2018, gempa besar mengguncang, disusul gempa susulan hingga lebih dari 500 orang meninggal dunia, ribuan luka-luka, dan puluhan ribu rumah hancur rata dengan tanah.
Belum genap dua bulan kemudian, pada 28 September 2018, Palu dan Donggala di Sulawesi Tengah dilanda gempa dahsyat kemudian disusul dengan tsunami dan fenomena likuefaksi, tanah berubah menjadi lumpur dan menelan rumah serta manusia. Tragedi ini menewaskan lebih dari 4.300 jiwa, sementara ribuan lainnya dinyatakan hilang dan tak ditemukan hingga kini.
Apa salah mereka? Tak ada yang tahu secara pasti. Tetapi azab dan ujian itu nyata. Jika Allah ﷻ menghendaki, maka dalam sekejap, bumi bisa berguncang dan kehidupan berubah total. Maka, masihkah kita merasa aman?
Rasulullah ﷺ pernah ditanya oleh istrinya, Zainab binti Jahsy radhiallahu ‘anha,
"يا رسول الله! أنهلك وفينا الصالحون؟"
"Wahai Rasulullah! Apakah kita akan binasa, sedangkan di tengah-tengah kita banyak orang saleh?"
Rasulullah ﷺ menjawab,
"نعم، إذا كثر الخبث"
"Iya, jika kekejian (kemaksiatan) telah merajalela."
(HR Bukhari no. 3348)
“Ketika kemaksiatan dibiarkan merajalela, bahkan orang-orang yang saleh pun akan merasakan azab Allah ﷻ.”
Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan bahwa di masa Umar bin Khattab pernah terjadi gempa. Abdullah bin Umar sedang salat di masjid, lalu Umar bin Khattab langsung naik ke mimbar dan berkata,
"لئن عادت لأخرجن من بين أظهركم"
"Jika gempa ini kembali terjadi, aku akan keluar dari tengah-tengah kalian!"
(HR Ibnu Abi Syaibah, no. 8557)
Kita harus memahami bahwa bencana alam terjadi atas izin Allah ﷻ, dan dosa-dosa kitalah yang mengundang bencana itu. Maka dari itu, apa yang terjadi pada zaman Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu dan para sahabat lainnya, mengingatkan kita untuk berhati-hati, karena jika pada zaman dimana manusia-manusia terbaik hidup saja bencana alam bisa terjadi, maka bagaimana dengan kita?
Kita bisa melihat bayi-bayi yang ada di Palu. Orang tua mereka mungkin berkata, "Nak, nanti engkau jadi dokter, insinyur, atau pilot." Namun, semua hilang dalam sekejap. Kita harus berpikir untuk menjadi hamba Allah yang sekarang, adapun soal masa depan? Itu urusan Allah ﷻ.
“Kita boleh berencana, tetapi tetap yakin bahwa Allah yang menentukan semuanya.”
Oleh karena itu, marilah kita meminta ampun kepada Allah ﷻ, karena Dia-lah Dzat yang Maha Pengampun. Sebagaimana firman-Nya,
وَٱتَّقُوا فِتْنَةًۭ لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَآصَّة ۖ وَٱعْلَمُوٓا أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ
"Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya."
(QS Al-Anfal: 25)
Bagaimana seharusnya kita bersikap menghadapi bencana? Kita tidak pernah tahu kapan itu akan datang, tetapi yang jelas kita sudah melihat bencana itu terjadi dan semakin mendekat. Maka kembalilah kepada Allah! Istighfar! dan bertobatlah, karena Allah ﷻ berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا وَٱتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ
"Dan sekiranya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Kami akan membuka keberkahan dari langit dan bumi bagi mereka."
(QS Al-A'raf: 96)
“Allah senantiasa membuka pintu tobat bagi kita. walaupun dosa kita sepenuh bumi, tetapi jika kita kembali kepada-Nya, Dia akan mengampuni kita.”
Allah ﷻ berfirman dalam hadis qudsi,
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَىٰ مَا كَانَ مِنْكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
“Wahai anak Adam, selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampuni dosamu tanpa peduli seberapa banyak. Wahai anak Adam, jika dosamu setinggi langit lalu engkau meminta ampun kepada-Ku, Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam, jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi, namun engkau tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, maka Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi itu.”
(HR Tirmidzi no. 3540)
Maka kembalilah kepada Allah dan mintalah ampunan kepada-Nya! Jangan menggantungkan harapan pada hal-hal yang tidak bermanfaat dan bertentangan dengan syariat. Jangan sampai kita memberikan persembangan kepada laut dan gunung, atau menyembelih hewan untuk penunggu gunung, karena hal itu bukanlah bentuk kembali kepada Allah, tetapi justru perbuatan syirik yang menjauhkan kita dari-Nya.
“Bumi dan segala isinya adalah milik Allah ﷻ.
Hanya Dia-lah yang berhak disembah.”
Maka marilah kita kembali kepada-Nya dengan hati yang bersih, amal yang ikhlas, dan ketaatan kepada-Nya.
Sumber tulisan diambil dari khutbah Jumat, “Jangan kira kau aman dari adzab-Nya - Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.”
Youtube Terbaru





Artikel Terbaru




