![](https://i.ytimg.com/vi/rep0xKaRtoM/hqdefault.jpg)
![Mengoptimalkan Syakban agar Ramadan Lebih Bermakna]( /media/Syakban.png
)
Waktu bergerak begitu cepat, tanpa bisa dihentikan oleh siapa pun. Detik berubah menjadi menit, menit menjadi jam, jam berganti hari, dan hari berganti bulan dengan ritme yang tak terputus. Tidak terasa kita sudah berada di bulan Syakban. Ini adalah pertanda bahwa bulan Ramadan, tamu agung yang penuh berkah, sudah semakin dekat. Sebagaimana persiapan matang diperlukan untuk acara penting dalam hidup kita, menyongsong Ramadan pun menuntut kesiapan yang tidak boleh diremehkan.
Sama halnya seperti pernikahan yang memerlukan persiapan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, Ramadan pun butuh persiapan yang serius agar tidak berlalu tanpa makna.
Sebagaimana orang-orang bersemangat menunggu tanggal diskon promo di mal dengan segala persiapan untuk memanfaatkan penawaran terbaik, kita pun seharusnya menyambut Ramadan dengan semangat yang sama, bahkan lebih besar. Bukankah di bulan Ramadan terdapat ganjaran berlipat dan hadiah istimewa seperti lailatul qadar yang lebih baik dari seribu bulan?
Sayangnya, banyak dari kita yang masih terjebak dalam hiruk-pikuk duniawi. Padahal, para salafus sholeh memberikan contoh yang begitu luar biasa dalam menyambut Ramadan. Imam Ahmad bin Hanbal Asy-Syaibaniy rahimahullah mengatakan,
كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان ويدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم
“Orang-orang salih terdahulu, mereka berdoa kepada Allah sejak enam bulan agar disampaikan dengan bulan Ramadan. Setelahnya, mereka berdoa lagi selama enam bulan agar Allah menerima amalan mereka.”
(Lathaif Al-Ma’arif fi Mawasim al-'Aam min al-Wazhaif li Ibni Rajab al-Hanbaliy, hal. 349)
Para salafus sholeh biasanya memanjatkan doa,
اللهم بلغنا رمضان
Allahumma ballighna Ramadan
“Ya Allah, sampaikanlah kami ke bulan Ramadan.”
Mereka memohon agar Allah ﷻ menyampaikan mereka pada bulan yang penuh rahmat ini. Bagi mereka, Ramadan adalah waktu istimewa yang tidak boleh dilewatkan tanpa persiapan matang. Mereka sangat berharap agar diberi kesempatan oleh Allah ﷻ untuk merasakan nikmat ibadah selama bulan suci tersebut.
Para salafus sholeh memanfaatkan bulan Rajab dan Syakban untuk memperbanyak amal ibadah dan membersihkan hati. Mereka tidak menunggu Ramadan tiba untuk mulai meningkatkan kualitas ibadah. Sebaliknya, mereka menyambut Ramadan dengan hati yang telah siap dan tubuh yang terlatih dalam ketaatan kepada Allah ﷻ.
Persiapan menyambut Ramadan bukan hanya soal memperbanyak ibadah, tetapi juga menghindari sifat-sifat kaum munafik. Dalam Al-Qur'an, Allah ﷻ menggambarkan bahwa kaum munafik selalu mencari alasan untuk menghindari kewajiban dan tidak memiliki semangat dalam momentum penting. Mereka datang kepada Rasulullah ﷺ dengan berbagai alasan untuk tidak ikut berperang, meski sejatinya mereka tidak berniat ikut sejak awal.
Allah ﷻ berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 46,
وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لأعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ (٤٦)
"Dan jika mereka benar-benar mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu."
Ayat ini menegaskan bahwa niat yang sungguh-sungguh selalu dibuktikan dengan persiapan. Begitu pula dengan kita dalam menyambut Ramadan. Jika benar-benar ingin meraih keberkahan Ramadan terutama lailatul qadar dan vonis bebas dari api neraka, maka persiapan adalah bukti nyata dari keinginan tersebut.
Jangan sampai kita menjadi seperti kaum munafik yang tidak semangat dalam menyambut bulan penuh rahmat ini. Mereka yang tidak peduli dengan datangnya Ramadan akan kehilangan kesempatan emas untuk mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah ﷻ.
Sebelum memasuki Ramadan, kita perlu membersihkan hati dari segala penyakit hati seperti iri, dengki dan dendam. Seperti seorang petani yang membersihkan ladangnya dari ilalang sebelum menanam benih, kita pun harus memastikan bahwa hati kita siap menjadi ladang tempat tumbuhnya amal kebaikan.
Kita bisa memulai dengan hal-hal sederhana seperti meningkatkan kualitas sholat lima waktu. Rasulullah ﷺ pernah bersabda bahwa sholat lima waktu ibarat seseorang yang mandi di sungai sebanyak lima kali sehari. Tidak akan tersisa kotoran di tubuhnya. Jika sholat kita berkualitas, hati kita pun akan bersih dari dosa-dosa kecil yang menumpuk. Banyak di antara kita yang terjebak dalam rutinitas sholat tanpa benar-benar merasakan kekhusyukan. Bacaan sholat yang itu-itu saja sejak kecil hingga dewasa membuat kita kehilangan makna dari setiap gerakan dan doa dalam sholat.
Bulan ini adalah waktu yang tepat untuk menghafal bacaan sholat yang baru sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah ﷺ. Selain itu, kita juga bisa menambah hafalan surah-surah pendek yang belum kita hafal sebelumnya. Dengan menambah hafalan ini, sholat kita tidak hanya menjadi lebih bermakna tetapi juga terasa lebih segar dan khusyuk. Langkah kecil ini akan menjadi investasi ibadah yang berharga, khususnya saat Ramadan tiba.
Rasulullah ﷺ telah mengajarkan kita untuk senantiasa muhasabah dan memperbarui tobat. Beliau sendiri, meski telah dijamin bebas dari dosa, tetap beristighfar sebanyak seratus kali dalam sehari. Ini adalah teladan yang harus kita ikuti. Memperbanyak istighfar dan taubat akan membuat hati kita bersih dan siap menyambut Ramadan dengan semangat yang baru. Di waktu-waktu ini, mari perbanyak istighfar dan jauhi dosa-dosa yang dapat mengotori hati. Dengan begitu, kita akan menyambut Ramadan dengan hati yang bersih dan semangat yang penuh keberkahan.
Kita bisa mulai latihan berpuasa sebagai bagian dari persiapan fisik menyambut Ramadan. Rasulullah ﷺ menganjurkan puasa sunnah di bulan Syakban untuk melatih tubuh agar terbiasa dengan ibadah puasa. Puasa Senin-Kamis atau ayyamul bidh (tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriyah) adalah latihan yang sangat baik untuk membangun kebiasaan ini. Latihan berpuasa juga membantu kita membiasakan diri dengan sahur dan iftar. Dengan berpuasa sunnah, kita belajar bangun sahur, menahan diri sepanjang hari, dan menikmati iftar dengan penuh rasa syukur. Kebiasaan ini akan mempermudah kita menjalankan puasa Ramadan dengan lebih lancar dan khusyuk.
Meningkatkan bacaan Al-Qur'an juga menjadi salah satu persiapan yang sangat dianjurkan. Para salafus sholeh mampu mengkhatamkan Al-Qur'an berkali-kali selama Ramadan karena telah membiasakan diri dengan tilawah sejak sebelum Ramadan tiba. Kita dapat memulainya dengan membaca satu halaman setiap selesai sholat wajib. Dengan demikian, membaca Al-Qur'an menjadi kebiasaan yang menyatu dalam keseharian. Jangan sampai kita menetapkan tujuan yang terlalu tinggi di Ramadan, seperti ingin khatam dua atau tiga kali, padahal selama ini tidak pernah berlatih. Bacaan akan terbata-bata, dan kita mungkin tidak memahami artinya. Mulailah dengan perlahan namun konsisten, fokus pada kualitas tilawah dan pemahaman maknanya, agar Ramadan menjadi waktu yang penuh berkah dan bermakna.
Ramadan adalah hadiah istimewa dari Allah ﷻ
yang seharusnya tidak kita sia-siakan.
Dengan persiapan yang matang, kita dapat menjadikan bulan Syakban sebagai momentum perubahan menuju pribadi yang lebih baik. Mari kita contoh para salafus sholeh yang menyambut Ramadan dengan penuh semangat dan persiapan matang. Hindari sifat-sifat kaum munafik yang malas dan tidak peduli dengan kesempatan emas ini. Semoga Allah ﷻ menyampaikan kita pada Ramadan dalam keadaan hati yang bersih dan penuh semangat ibadah.
Allahumma ballighna Ramadan, Aamiin.
Sumber tulisan diambil dari kajian: "Persiapkan Diri Meyambut Ramadhan - Ustadz DR Syafiq Riza Basalamah, M.A.", Live Islamic BSD City, Senin, 8 Rajab 1444 Hijriah / 30 Januari 2023 Masehi)
Youtube Terbaru
![](https://i.ytimg.com/vi/rep0xKaRtoM/hqdefault.jpg)
![](https://i.ytimg.com/vi/Ma-hsx8yz28/hqdefault.jpg)
![](https://i.ytimg.com/vi/D7Iy5avrTvo/hqdefault_live.jpg)
![](https://i.ytimg.com/vi/AYMjcAkqSyI/hqdefault_live.jpg)
![](https://i.ytimg.com/vi/5aRvdJGN4ro/hqdefault_live.jpg)
Artikel Terbaru
![]( /media/Ilmu yang Menjadi Cahay.png
)
![]( /media/Syakban.png
)
![]( /media/pilar.png
)
![]( /media/makna.png
)